MOTIVASI dan BELAJAR SISWA[1]
Oleh : Wardatul Ilmiah, S.Pd.I
A.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan sarana pembentuk kepribadian dan pembekalan ilmu
pengetahuan sesuai dengan core manusia. Suasana pembelajaran yang
kondusif akan meningkatkan kreatifitas dan motivasi yang besar dalam diri
siswa. Motivasi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu hal penting untuk
mendorong siswa mempelajari sesuatu yang belum di ketahuinya. Semakin besar
motivasi yang tertanam dalam hatinya, maka akan semakin besar pula rasa ingin
tahu pada diri anak tersebut.
Motivasi bisa di peroleh dari dalam diri anak tersebut (motivasi
intrinsik) dan juga bisa di peroleh dari luar dirinya atau lingkungannya
(motivasi ekstrinsik). Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan bagaimana
hakikat motivasi dan belajar siswa, yang melipiti pengertian motivasi, definisi
motivasi dalam perspektif psikologi (behavioral, humanistis, kognitif, dan social),
apa sajakah tujuan dan fungsi motivasi, jenis-jenis motivasi dan bagaimana
peranan motivasi dalam belajar, serta Bagaimana arti penting belajar, apa
sajakan jenis-jenis belajar, apa sajakan factor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan bagaimana cara belajar yang baik.
Pembahasan motivasi dan belajar siswa dalam makalah ini, penulis
berharap para pembaca mampu mendefinisikan motivasi dan membandingkan
perspektif behavioral, humanistis, kognitif, dan social dalam memandang
motivasi, bagaimana tujuan dan fungsi motivasi, jenis-jenis motivasi, dan
begaimana peranan motivasi dalam belajar. Serta Bagaimana arti penting belajar,
apa sajakan jenis-jenis belajar, apa sajakan factor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan bagaimana cara belajar yang baik.
B.
MOTIVASI dan BELAJAR SISWA
1.
Hakikat Motivasi
a.
Pengertian
Motivasi[2]
Sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi, lebih baik kita
pertegas terlebih dahulu perbedaan motif[3]
dengan motivasi[4],
karena kedua istilah itu memiliki kemiripan makna tapi hakikatnya berbeda.
Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebebkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Utsman Najati mendefinisikan
motif sebagai kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada mahluk
hidup. Motif melahirkan perilaku dan mengantarkan mahluk hidup pada suatu
tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.[5]
Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu usaha yang di sadari untuk
mempengaruhi tingkahlaku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
malakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.[6] Santrok
mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang memberi semangat, arah dan
kegigihan perilaku. Dalam artian perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energy, terarah dan bertahan lama.[7] Menurut
MC Donal, motivasi[8]
adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan[9].
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat di rangsang oleh factor dari
luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat di katakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psiskis yang
bersifat non intelektual. Perannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan
mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan
optimal apabila ada motivasi yang tepat. Disinilah guru berperan untuk
membangkitkan motivasi dalam diri anak sehingga proses belajar mengajar sarat
makna dan penuh motivasi yang akan menuju kepada ketercapaian tujuan
pembelajaran yang di harapkan.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Kebutuhan dalam taksonomi maslow menjelaskan ada lima komponen
kebutuhan dalam diri manusia, yaitu :
1.
Kebutuhan
fisiologis
2.
Kebutuhan akan
perasaan aman
3.
Kebutuhan
social
4.
Kebutuhan akan
penghargaan diri, dan
5.
Kebutuhan untuk
aktualisasi diri.[10]
Jadi yang dimaksud dengan motivasi adalah usaha seseorang
(baca:guru) yang dilakukan secara sadar untuk mempengaruhi dan menumbuhkan daya
gerak seseorang lainnya (baca:siswa) untuk melakukan sesuatu sehingga
memperoleh tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan
seseorng, ia menyangkut sol mengapa seseorang berbuat demikian dan apa
tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Dari definisi motivasi di atas
dapatah di tarik sebuah kesimpulan besar bahwasanya dalam motivasi terdapat
tiga komponen pokok, yakni menggerakkan (menimbulkan kekuatan pada individu),
mengarahkan (menyalurkan tingkah laku) dan menopang tingkah laku tersebut.
b.
Motivasi
dalam Perspektif Psikologi
Dalam perspektif psikologi ada beberapa pendekatan dalam
menjelaskan motivasi, yakni definisi motivasi dalam perspektif behavioral,
humanistis, kognitif dan social[11].
Dalam perspektif behavioral motivasi di tekankan pada imbalan[12]
dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi peserta didik. Dalam
perspektif humanistis, motivasi menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas
positif. Motivasi perspektif humanistis berkaitan erat dengan pandangan baraham
maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu harus di puaskan terlebih dahulu sebelum
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut perspektif kognitif, pemikiran peserta didik akan memandu
motivasi mereka, inilah yang kemudian di sebut dengan motivasi intrinsik yang
mana motivasi timbul dari dalam dirinya sendiri yang berpusat dari pikiran
mereka sendiri, bukan berasal dari stimulus yang berada di luar dirinya. Sedangkan
dalam perspektif social manusia juga bisa termotivasi untuk mengaktualisasikan
dirinya, kebutuhan akan afiliasi atau ketrhubungan dengan orang dis
ekelilingnya akan menimbulkan motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai
eksistensinya di tengah-tengah masyarakat.
c.
Tujuan
dan Fungsi Motivasi
Secara umum motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar penting
bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai
berikut :
1.
Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.[13]
2.
Menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya
3.
Mengarahkan
kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum
belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan
mengubah perilaku belajarnya.
4.
Membesarkan
semangat belajar, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar
dan masih ada adik yang di biayai orangtua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
5.
Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan ;
individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa, sehingga dapat
berhasil.[14]
Adapun manfaat motivasi bagi pendidik antara lain sebagai berikut :
1.
Membangkitkan,
meningkatkan, dan memelihara semangat siswauntuk belajar sampai berhasil.
Membangkitkan, bila siswa tidak bersemangat, meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul tenggelam, memelihara bila semangatnya telah kuat untuk
mencapai tujuan belajar.[15]
2.
Mengetahui dan
memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam, dengan demikian guru
bisa mensiasati metode dan media yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
3.
Meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran, seperti
sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau pendidik.
d.
Jenis
Motivasi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi merupakan
pendoronga atu penggerak dari sebuah motif yang ada pada diri manusia, maka
dalam pasal ini akan mengklasifikasikan motivasi berdasarkan pada reaksi
seseorang terhadap stimulus yang datang, berdasarkan pada asal-usul
tingkahlaku, berdasarkan tingkat kesadaran orang bertingkahlaku. Dalam pasal
ini penulis akan memaparkan jenis motivasi yang memang sudah familiar,
diantaranya (1)motivasi primer dan sekunder, (2)motivasi intrinsic dan
ekstrinsik, (3)motivasi tunggal dan bergabung, (4)motivasi mendekat dan
menjauh, (5)motivasi sadar dan tak sadar, dan (6)motivasi biogenetic,
sosiognetis, dan motivasi theogenetis.
1.
Motivasi
Primer dan Motivasi Sekunder.
Motivasi primer adalah motivasi yang di dasarkan pada motif-motif
dasar (biologis atau jasmani manusia). Motivasi ini tergantung pada keadaan
organic individu. Yang termasuk pada motivasi primer adalah lapar, haus, seks,
bernafas, istirahat.[18]Sedangkan
Motivasi sekunder[19]
adalah motivasi yang di pelajari. Sebagai ilustrasi dari motivasi sekunder
adalah apabila seseorang merasa lapar, maka ia akan tertarik pada makanan tanpa
belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut seseorang haruslah bekerja. Dan agar
seseorang dapat bekerja dengan baik maka ia harus belajar bekerja, itulah
motivasi sekunder. [20]
Perilaku motivasi sekunder terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap
adalah suatu motif yang di pelajari. Ciri-ciri sikap yaitu : (1) merupakan
kecenderungan berfikir, merasa, kemudian bertindak (2) memiliki daya dorong
bertindak (3) relative bersifat tetap (4) berkecenderungan melakukan penelitian
(5) dapat timbul dari pengalaman, dan dapat di pelajari atau berubah. Ada dua
ciri pokok yang membedakan apakah suatu motif tergolong pada motivasi primer
ataukah motivasi sekunder. Motivasi primer tergantung pada fisiologis manusia,
sedangkan sekunder tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis manusia.
Motivasi primer tudak bergantung pada pengalaman seseorang, sedangkan sekunder
sangat bergantung pada pengalaman seseorang.
2.
Motivasi
Intrinsic dan Motivasi Ekstrinsik
Motivasi seseorang dapat dipengaruhi dalam diri seseorang tersebut
juga bisa di pengaruhi dengan luar dirinya, yang lazim di sebut dengan motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik[21]
merupakan motifasi/dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut.[22]
Sedangkan motivasi ekstrinsik[23]
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapai tujuan),[24] atau
dapat uga dikatakan motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.
Pemberian motivasi yang tepat akan mempengaruhi prestasi anak, banyak bakat
anak yang tidak berkembang karena tidak di perolehnya motivasi yang tepat. Jika
seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa,
sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.[25]
3.
Motivasi
Tunggal dan Bergabung
Yakni motivasi yang timbul berdasarkan banyaknya motif yang bekerja
di belakang tingkahlaku manusia. Perhatikan contih berikut: apabila seseorang
menjadi anggota Suatu perkumpulan atau organisasi, motifnya bisanya bergabung.
Ia mungkin ingin belajar sesuatu yang baru bersama-sama anggota perkumpulan
tersebut. Selain itu ingin melatih kemampuan berorganisasi; atau ingin mengenal
dari dekat beberapa anggota kelompok; atau ingin memperluas relasi guna
kelancaran pekerjaan kantornya, dan lain-lain.
4.
Motivasi
Mendekat dan Motivasi Menjauh
Pengklasifikasian motivasi ini berdasarkan pada reaksi organisme
terhadap stimulus yang datang. Stimulus yang membuat respons mendekat di sebut
dengan stimulus positif, sedangkan sebaliknya disebut dengan stimulus negative.
Sebagai contoh bisa disebitkan tentang motif lapar. Motif lapar tergolong pada
motivasi sekunder, karena tidak memerlukan pengalaman dan di pelajari. Orang
yang dalam keadaan lapar, maka akan di beri stimulus berupa makanan, maka akan
dengan spontan akan melahap makanan tersebut (motivasi mendekat), namun
sebaliknya ketika makanan tersebut akan mengambuhkan penyakit respons maka
stimulus tersebut justru akan menjauhkan motivasi untuk memakan nakanan
tersebut (motivasi menjauh).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa motivasi
mendekat dan menjauh dapat di gabung dengan motivasi primer dan sekunder.
Berdasarkan penggabungan ini, terjadilah empat macam motivasi baru, yakni
motivasi primer mendekat, motivasi primer menjauh, motivasi sekunder mendekat
dan motivasi sekunder menjauh.[26]
5.
Motivasi
Sadar dan Tak Sadar
Penglasifikasian ini berdasarkan pada tingkat kesadaran manusia
terhadap motif yang melatarbelakangi tingkahlakunya. Apabila ada seseorang
melakukan sesuatu tapi ia tidak tahu alasan melakukan hal tersebut, maka itu di
sebut dengan motivasi tak sadar. Sedangkan sebaliknya apabila ada seseorang
melakukan sesuatu dan ia paham betul mengapa ia melakukan hal demikian maka itu
di sebut dengan motivasi sadar.
6.
Motivasi
Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis
Pengklsifikasian ini berdasarkan sudut asalnya. Motivasi dalam diri
manusia dapat di golongkan pada biogenetis dan sosiogenetis, yaitu
motivasi yang berkembang berasal dari organismenya sebagai mahluk biologis, dan
motif-motif yang berasal dari lingkungan kebudayaannya. Ada pula motiasi Teogenetis,
yakni otivasi yang berdasarkan interaksi antara manusia dengan Tuhannya.
e.
Motivasi
dalam Belajar
Dalam proses belajar mengajar, munculnya motivasi dalam setiap
siswa akan sangat mempengaruhi efektifitas dan kreatifitas para peserta didik
dalam belajarnya. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi tidak akan
berusaha keras untuk belajar. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi
yang tinggi akan senang ke sekolah dan menyerap proses belajar. Adapun Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah :
1.
Cita-cita atau
aspirasi siswa
2.
Kemampuan siswa
3.
Kondisi siswa
4.
Kondisi
lingkungan siswa
5.
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6.
Upaya guru
dalam membelajarkan siswa
Selain unsur-unsur motivasi yang di paparkan di atas, ada pula Upaya
yang bisa di lakukan olen pendidik dalam meningkatkan motivasi belajar, di antaranya :
1.
Optimalisasi
penerapan prinsip belajar
2.
Optimalisasi
unsur dinamis belajar dan pembelajaran
3.
Optimalisasi
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
4.
Pengembangan
cita-cita dan aspirasi belajar
Upaya kongkrit yang bisa diterapkan oleh guru dalam membangkitkan
motivasi peserta didiknya adalah dengan menciptakan lingkungan yang mendorong persaingan
atau kompetnsi yang sehat, menanamkan dalam dirinya rasa puas terhadap hasil
atau prestasi yang ia dapatkan, seberapapun hasilnya. Membiasakan anak
mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing. Tunjukkan
kepada mereka contoh kongkrit sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai
atau tidaknya suatu tujuan yang di inginkan tergantung motivasi yang
mendorongnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada umumnya motivasi intrinsik lebih berpengaruh daripada motivasi
ekstrinsik, karena dorongan dalam diri akan lebih berpengaruh menggerakkan
hatinya dan memotivasi raganya untuk melakukan sesuatu daripada motivasi
ekstrinsik, maka dari itu bangunlah motivasi intrinsik dalam diri peserta
didik, jangan menciptakan Susana yang mempengaruhi peserta didik melakukan
sesuatu hanya karena takut dimarahi, atau takut nilainya kecil atau takut tidak
lulus.
Motivasi dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dengan baik,
dan di antara factor yang mempengaruhi belajar mengajar adalah:
1.
Faktor internal
(faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa,
meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniah ; intelegensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siwa).
2.
Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,
yang meliputi faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
3.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.[27]
2.
Hakikat Belajar Siswa
a.
Arti
Penting Belajar
Belajar[28]
merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Dalam terminology islam belajar merupakan kewajiban
bagi setiap muslim dalam ragka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat
kehidupannya meningkat[29]
sesuai dengan firman-nya yang artinya :. Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Mujadalah : 11).
b.
Jenis-Jenis
Belajar
1.
Belajar
Abstrak, merupakan cara belajar menggunakan cara berfikir abstrak yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata,
dalam hal ini kekuatan akal sangat berperan penting di samping penguasaan
prinsip, konsep dan generalilasi, seperti matematika, kimia, astronomi, tauhid.
2.
Belajar
Keterampilan, yakni belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular,
yang bertujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3.
Belajar Social,
pada hakikatnya belajar memahami masalah-masalah teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut yang bertujuan untuk menguasai pemahamandan kecakapan dalam
memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga persahabatan,
kemasyarakatan.
4.
Belajar
Pemecahan Masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan metode-metode ilmiah
atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti yang bertujuan
untukmemperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas dan tuntas.
5.
Belajar
Rasional merupakan belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis
dan rasional (sesuai dengan akal sehat), yang bertujuan untuk memperoleh aneka
ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep, model
pembelajaran ini erat kaitannya dengan model pemecahan masalah. Dengan belajar
rasional siswa di harapkan memiliki kemampuan rational problem solving,
yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi
akal sehat, logis dan sistematis.
6.
Belajar
Kebiasaan, adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan selain menggunakan
perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan
ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
perbuatan baru yang lebih tepat positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu (kontekstual).
7.
Belajar
Apresiasi, adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau
nilai suatu objek. Tujunnya agara siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, music dan
sebagainya.
8.
Belajar
Pengetahuan, dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek
pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat di artikan sebagai sebuah program
belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksperimen. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau
menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya
lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan
menggunakan alat-alat laboraturium dan penelitian lapangan.[30]
c.
Factor-Faktor
yang Mempengaruhi Belajar
1.
Factor Internal Siswa
Yakni
keadaan jasmani dan rohani siswa, yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis
(yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah,
meliputi intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi
siswa.
2.
Factor
Eksternal Siswa, yang meliputi factor lingkungan social (seperti lingkungan sekolah,
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan). dan factor lingkungan
nonsosial (meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang di
gunakan siswa.
3.
Factor
Pendekatan Belajar[31]
Tabel
Factor Yang Mempengaruhi Belajar[32]
RAGAM
FACTOR DAN ELEMENNYA
|
||
Internal
siswa
|
Eksternal
siswa
|
Pendekatan
belajar siswa
|
1.
Aspek
fisiologis
Ø Tonus jasmani
Ø Mata dan Telinga
2.
Aspek
psikologis
Ø Intelegensi
Ø Sikap
Ø Minat
Ø Bakat
Ø Motivasi
|
1.
Lingkungan social
Ø Keluarga
Ø Guru dan staff
Ø Masyarakat
Ø Teman
2.
Lingkungan
nonsosial
Ø Rumah
Ø Sekolah
Ø Peralatan
Ø Alam
|
1.
Pendekatan
Tinggi
Ø Speculative[33]
Ø Achieving[34]
2.
Pendekatan
Sedang
Ø Analitical
Ø Deep
3.
Pendekatan
Rendah
Ø Reproductive[35]
Ø Surface[36]
|
d.
Cara-Cara
Belajar yang Baik
Sebenarnya cara yang baik untuk belajar dapat dirasakan sesuai
dengan tingkat dan kondisi siswa yang bersangkutan. Penulis mencoba
mengemukakan pendapat yang dikemukakan oleh ahli bagaimana cara belajar yang
baik. Secara psikologis yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto yang ia kutip
dari Crow dan Crow menerangkan cara belajar yang baik itu dengan
:
1.
Adanya
tugas-tugas yang jelas dan tegas
2.
Belajarlah
membaca dengan baik
3.
Gunakan metode
keseluruhan dan metode bagian dimana di perlukan
4.
Pelajari dan
kuasailah bagian-bagian yang sukar dari bahan yang di pelajari
5.
Buatlah outline
dan catatan-catatan pada waktu belajar
6.
Kerjakan atau
jawablah pertanyaan-pertanyaan
7.
Hubungkan
bahan-bahan baru dengan bahan lama
8.
Gunakan
bermacam-macam sumber dalam belajar
9.
Pelajari baik-baik
table, peta, grafik, gambar, dsb.
10. Buatlah rangkuman (summary) dan review. [37]
Saran
saran untuk membiasakan belajar yang efisien
1.
Miliki tujuan
belajar yang pasti
2.
Usahakan adanya
temat belajar yang memadai
3.
Jaga kondisi
fisik, jangan sampai mengganggu konsentrasi dan dan keaktifan mental
4.
Rencanakan dan
ikutilah jadwal waktu untuk belajar
5.
Selingilah
belajar dengan waktu-waktu istirahat yang teratur
6.
Carilah
kalimat-kalimat topic atau inti pengertian dari tiap paragraf
7.
Selama belajar
gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation)
8.
Lakukan metode
keseluruhan (whole method) bilamana mungkin
9.
Usahakan agar
dapat membaca cepat tetapi cermat
10. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi
11. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk di pelajari lebih
lanjut
12. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan
usahakan/cobalah untuk menemukan jawabannya
13. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar
14. Pelajari dengan teliti table-tabel, grafik-grafik, dan bahan
ilustrasi lainnya
15. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan
16. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu
17. Pelajari baik-baik pernyataan (statemen) yang di kemukakan oleh
pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya
18. Telitilah pendapat beberapa pengarang
19. Belajarlah menggunkan kamus dengan sebaik-baiknya
20. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.[38]
C.
KESIMPULAN dan PENUTUP
Dari pemaparan di atas, dapatlah di ambil sebuah kesimpulan bahwasanya
motivasi merupakan pendorong gerak seseorang (motif) untuk melakukan sesuatu da
atau melatar belakangi tingkahlaku seseorang untuk mencapai tujuan yang ia
harapkan dan atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perspektif psikologi
motivasi dapat ditinjau dari perspektif behavioral, humanistis, kognitif dan
social.
Tujuan dari motivasi itu sendiri beragam, baik dari segi tujuan
motivasi bagi pendidik, maupun peserta didik dalam proses belajar mengajar,
akan tetapi secara umum tujuan dari motivasi itu sendiri adalah menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pada reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang,
berdasarkan pada asal-usul tingkahlaku, berdasarkan tingkat kesadaran orang
bertingkahlaku, maka motivasi di bedakan ke dalam enam jenis, yakni (1)motivasi
primer dan sekunder, (2)motivasi intrinsic dan ekstrinsik, (3)motivasi tunggal
dan bergabung, (4)motivasi mendekat dan menjauh, (5)motivasi sadar dan tak
sadar, dan (6)motivasi biogenetic, sosiognetis, dan motivasi theogenetis.
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat berperan penting,
terutama motivasi intrinsic, karena motivasi yang kuat akan mengantarkan
peserta didik pada keberhasilan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Pemberian
motivasi yang tepat akan mempengaruhi prestasi anak, banyak bakat anak yang
tidak berkembang karena tidak di perolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
mendapatkan motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku, dan perubahan
tersebut terjadi melalui latihan atau pengalaman, yang mana perubahan tersebut
bersifat relative menetap, dan perubahan (tingkahlaku) yang terjadi menyangkut
berbagai aspek kepribadian baik fisik Maupun psikis; seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, atau pun sikap. Ada beberapa jenis belajar, diantaranya: belajar
abstrak, belajar keterampilan, belajar social, belajar pemecahan masalah, belajar
rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi dan belajar Pengetahuan.
Ada tiga factor utama yang mempengaruhi belajar siswa, yakni : Pertama
Factor Internal Siswa, Yakni keadaan
jasmani dan rohani siswa, yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah, meliputi
intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. Kedua
Factor Eksternal Siswa, yang meliputi factor lingkungan social (seperti
lingkungan sekolah, masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan). dan
factor lingkungan nonsosial (meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang di gunakan siswa, dam ketiga Factor Pendekatan Belajar.
Cara belajar yang baik adalah dengan cara : (1) Adanya tugas-tugas
yang jelas dan tegas, (2) Belajarlah membaca dengan baik, (3) Gunakan metode
keseluruhan dan metode bagian dimana di perlukan, (4) Pelajari dan kuasailah
bagian-bagian yang sukar dari bahan yang di pelajari, (5) Buatlah outline dan
catatan-catatan pada waktu belajar, (6) Kerjakan atau jawablah
pertanyaan-pertanyaan, (7) Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan, (8)
Hubungkan bahan-bahan baru dengan bahan lama, (9) Gunakan bermacam-macam sumber
dalam belajar, (10) Pelajari baik-baik table, peta, grafik, gambar, dsb, (11)
Buatlah rangkuman (summary) dan review.
Demikian makalah ini penulis buat dengan harapan dapat bermanfat
dan memberikan kontribusi nyata dalam dunia pendidikan. Penulis sadar makalah
ini jauh dari kata sempurna, maka saran dan masukan yang membangun demi
terwujudnya karya tulis yang lebih baik sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, cet ke
19, 2011.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :
Rineka Cipta, 2009.
Eka, Pendekatan, Strategi, Metode
Pembelajaran dalam http://ekacrudhgeograf.blogspot.com/2011/07/pendekatanstrategimetode-pembelajaran.html)
Najati, Muhammad
Utsman, Psikologi dalam Al-Qur’an
(Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan), Bandung : Pustaka
Setia, cet ke 1, 2005.
Purwanto, Ngalim,
Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, cet ke XXIV, 2010.
Santrock, John W, Psikologi Pendidikan (Terj), Jakarta :
Kencana, cet ke 1, 2007.
Sobur, Alex, Psikologi
Umum, Bandung : Pustaka Setia, cet ke 1, 2003.
Syah, Muhibbin,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, cet ke XII, 2006.
Wibowo, Hari, Pengantar
Teori-Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran, Dinas Pendidikan Propinsi
Banten, cet 1, Tanpa Tahun Terbit
Witherington, H.C.
et. all, Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, Bandung :
Jemmars, cet ke 3, 1986.
[1] Makalah di
presentasikan pada perkuliahan Pasca Sarjana jurusan Pendidikan Agama Islam
pada hari Jum’at, tanggal 13-04-2012, Institut Agama Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Serang Banten. Dapat di lihat di http://muhamadhaqqiannazili.blogspot.com/
[2] Untuk
memperjelas pengertian motif dan motivasi, perhatikanlah pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini :
ü
Motif apakah yang
mendorong seorang tukang becak mau menarik becanya sampai larut malam?
ü
Motif apakah yang
menyebabkan haqqi selalu belajar sampai larut malam ?
ü
Bagaimanakan seorang guru memberikan
Motivasi kepada para siswanya agar mereka merasa senang membersihkan
ruang kelasnya setiap hari ?
ü
Apakah dengan memberikan hadiah
dapat Memotivasi anak untuk belajar lebih baik lagi ?
[3] Secara
etimologis, motif atau dalam bahasa inggris motive, berasal dari kata
motion, yang berarti ‘gerakan’ atau sesuatu yang bergerak, yakni gerakan yang
dilakukan oleh manusia, atau di sebut juga perbuatan atau tingkahlaku. (lihat:
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, cet ke 1, 2003,h.268)
[4] Motivasi bisa
dikatakan sesuatu yang bisa membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
[5] Muhammad
Utsman Najati, Psikologi dalam
Al-Qur’an (Terapi Qur’ani Dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan),
Bandung : Pustaka Setia, cet ke 1, 2005, h. 23.
[6] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, cet ke
XXIV, 2010, h.71.
[7] John W
Santrock, Psikologi Pendidikan (Terj), Jakarta : Kencana, cet ke 1,
2007. h. 510.
[8] Motivasi dapat
juga berkaitan dengan minat. Minat dapat di artikan suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri, atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keingin-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh
karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya
sejauh apan yang di lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
[9]
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, cet ke 19, 2011, h. 73.
[11] Santrock, Op.Cit., hh.511-513.
[12] Imbalan yang
diberikan oleh guru bisa berupa nilai, penghargaan, atau memamerkan setiap
prestasi yang di peroleh para peserta didiknya, atau memberikan pujian atas
prestasi yang telah di capai oleh setiap peserta didiknya.
[13] Misalnya
setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan
temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap
isi, maka is terdorong membaca lagi.
[14] Dimyati, Op. Cit., h. 85
[15] Dalam hal ini,
hadiah, pujian, dorongan atau pemicu semangat dapat di gunakan untuk
mengobarkan semangat belajar.
[16] Tugas guru
adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil, tantangan profesionalnya
justru terletak pada ‘mengubah’ siswayang tidak berminat menjadi semangat
belajar, ‘mengubah’ siswa cerdas yang tidak acuh tak acuh menjadi bersemangat
belajar.
[17] Dimyati, Op.
Cit., hh. 85-86.
[18] Alex Sobur, Op.Cit.,
h. 294.
[19] Motivasi
social atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia,
para ahli membagi motivasi sekunder menurut pandangan yang berbeda-beda. Thomas
dan Znaniecki menglompokkan motivasi sekunder kepada keinginan-keinginan untuk
memperoleh pengalaman baru, untuk mendapat respons, memperoleh pengakuan, dan
memperoleh rasa aman. Lain halnya dengan maslow yang menggolongkannya menjadi
kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh rasa aman, memperoleh kasih saying dan
kebersamaan, memperoleh penghargaan, dan pemenuhan diri atau aktualisasi diri.
[20] Dimyati, Op.Cit., h. 88.
[21] Motivasi intrinsic dapat berfungsi tanpa harus
di rangsang dari luar.
[22] Motivasi
selalu memberikan dorongan dan member energy pada tingkahlaku. Misalnya seorang
siswa telah menamatkan membaca satu buku bacaan, maka ia akan termotivasi untuk
membaca buku lainnya. Dalam hal ini, motivasi intrinsik telah mengarah pada
timbulnya mtivasi berprestasi. Menurut manoks, motivasi berprestasi telah
muncul pada saat anak usia balita : hal ini berarti motivasi intrinsik perlu di
perhatikan oleh guru sejak TK, SD dan SLTP. (Lihat: Dimyati h. 91).
[23] Motivasi
ekstrinsik sering di pengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman.
[24] Santrok, Op.Cit.,
h. 514.
[25] Ngalim Purwanto,
Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, cet ke XXIV, 2010, h.6.
[26] Alex sobur, Op.Cit.,
h. 297.
[27] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, cet ke XII, 2006, hh. 132-140.
[28] Banyak
pengertian belajar yang di kemukakan oleh para ahli, diantaranya :
1.
Hilgard dan Bower
dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan belajar
berhubungan dengan perubahan tingkahlaku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang di sebabkan oleh pengalamnanya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, dimana perubahan tingkahlaku tersebut tidak dapat di jelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
2.
Gagne dalam buku the
Conditions of Learning (1977) menyatkan bahwa belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah iamengalami situasi tadi.
3.
Morgan dalam bukunya Introduction
to Psychology (1978) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkahlaku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
4.
Witherington dalam bukunya Educational
Psychology mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribaian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
5.
Dari definisi yang dikemukan oleh
para ahli maka belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku, dan
perubahan tersebut terjadi melalui latihan atau pengalaman, yang mana perubahan
tersebut bersifat relative menetap, dan perubahan (tingkahlaku) yang terjadi
menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis; seperti
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, atau pun sikap. (lihat Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h 84.).
[29] Muhibbin Syah, Op.Cit, hh 94-95.
[30] Muhibbin Syah, Op.Cit, hh 122-124.
[31]Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. (lihat Eka, Pendekatan,
Strategi, Metode Pembelajaran dalam http://ekacrudhgeograf.blogspot.com/2011/07/pendekatanstrategimetode-pembelajaran.html)
[32]
Muhibbin Syah, Op.Cit, hh 139.
[33] Berdasarkan
pemikiran yang mendalam
[35] Bersikap menghasilkan kembali fakta dan informasi
[37] Ngalim
Purwanto, Op. Cit, hh. 116-120.
[38] Ngalim
Purwanto, Op. Cit, h.120.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar